Monday, December 20, 2004

PINDAH RUMAH

Rumah kecil ini sekarang pindah ke alamat baru di sini.
Please, keep visiting us.
Sorry for the inconvinience may cause.
Go Skating

Terletak di Strand, Central London, tepatnya di ujung Utara Waterloo Bridge, ada event yang selama bulan Desember hingga Januari dalam lima tahun terakhir menjadi the hottest ticket in town. Ice skating di Somerset House! Yang asyik dari ice rink di Somerset House ini karena berada di alam terbuka.

Sabtu lalu kami sekeluarga ke sana, niatnya mau skating tetapi kelupaan booking tiket dulu. Jadi, kami cukup menonton saja. Next time pergi lagi dan semoga tidak lupa booking tiket.

Selain Somerset House, ada tempat skating yang asyik juga, dan baru di buka minggu ini untuk pertama kalinya. Tempatnya tidak jauh dari Somerset House.

Tidak jauh! Dari Somerset House, jalan 10 menit ke Stasiun Waterloo International dan naik kereta Uerostar ke Paris. Kurang dari tiga jam dan dompet berkurang minimal 59 poundsterling, sampailah ke tempat skating yang dijamin mengalahkan Somerset House: Ice skating di Eiffel Tower!

Ice rink dengan ketebalan 15 cm ini dibangun dari 30 ton air, 5000m pipa pendingin dan 100 special multi-color lampu LED, bahkan juga dipasang mesin yang membuat tempat skating ini beraroma "vanilla and pine". Dengan biaya total 150 ribu Euro, jadilah "first floor" Eiffel Tower menjadi tempat skating yang sanggup menampung 80 orang.

Yang tentu lebih spektakuler dari skating di Eiffel tentu saja pemandangannya. Dan bagusnya lagi, skating di ketinggian 57 meter diatas tanah ini juga lebih murah dibanding di Somerset House. Bahkan bisa juga dikatakan free alias gratis, karena hanya hanya perlu membayar tiket naik ke Eiffel Tower seharga 4 Euro.

Tentu saja, antrinya sangat panjang (antrian pengunjung Eiffel Tower yang memang selalu panjang+ yang ingin ice skating). Tetapi kalau mau tidak antri juga bisa: naik tangga 400 undakan!

Pesan yang perlu di ingat bagi yang skating untuk ber-romantis-ria adalah there is nothing sexy or romantic about being humiliated by children. Jadi asah dulu kemampuan skating, baru bisa berkata: ooh la la! Tres sexy!

Beruntunglah saya dan suami, dengan mengajak Kirana, kami akan bisa berdalih mengajarinya skating. Sering-sering pegangan atau bahkan jatuh ada "baa baa black sheep"-nya. Kalau Padahal sih....
How to...be smug
warning: this article contains smug people!


People who are smug suffer from a superiority complex. Smugness is the conviction that you're just a little bit better than other people. This would be arrogance if it wasn't also mixed with a pinch of humility. Smug people know they're better, and the fact that they're also humble about it makes them even better still. No wonder they've got that annoying smile.

Smug people have a way of looking down on you even when they're considerably shorter. Certain clothes are an outward and visible sign of an inward and invisible smugness. For example, polo-neck jumpers are virtually the uniform of the smug. It's a way of saying to people, "I'm rather cosy."

Lots of things lead to smugness. A house that has gained more value than your annual salary gives you big smug points. A famous child allows you to retire in a fog of smugness. Being well insured allows smugness to break out even at moments of extreme crisis, especially for other people.

You don't have to be rich to be smug, but it does allow you to communicate your superiority in more obvious ways. Smug rich people are the proverbial Joneses up with whom insecure people think they must keep. Moral superiority also makes for industrial-strength smugness. It's a way of saying that you already have reserved seating for the next life, and probably quite close to the front.

In company, smug people always give the impression that they're hugging themselves or giving themselves a squeeze in a pleasurable area. It's a lovely irony that the smug are notoriously rubbish in bed. When your starting point is complete self-satisfaction, there's no motivation for further satisfying yourself, or anyone else.

Smugness, like ragwort, is incredibly difficult to get rid of once it's taken root. The hot bath of achievement may have long disappeared down the plug hole of life, but the scum line of smugness will last until it's scoured off by the Brillo of ridicule.

In conversation smugness comes out in two ways: you can be rather patronising about other people to show how comfortable you are; or you can be incredibly solicitous of other people, which is a subtle way of highlighting how uncomfortable they are. (di kutip dari Guy Browning, How To...serialisasi the Guardian

and that smile...

Unfortunetly, saya kenal (or bertemu) beberapa orang yang masuk dalam kategori di atas.Dan "That annoying smile" lah yang paling saya sebel. Smile is suppose to be nice, isnt it?

Beberapa hari lalu peristiwa berhubungan dengan per-smug-an terjadi dengan saya. Suatu pagi, pulang dari drive around, saya tiba-tiba berinisiatif memarkir mobil di allocated parking milik kami instead of di pinggir jalan sebelah rumah.

Ternyata tidak segampang yang saya kira --apalagi saya berusaha parkir mundur pula--karena melibatkan mobil lain yang telah berjajar rapi di sebelah spot yang saya incar. Setelah beberapa saat, putar sana-sini, maju-mundur, dan manouver lain yang tampaknya justru semakin membahayakan mobil lain, saya menyerah.

Tepat ketika saya memutuskan menyerah, tetangga saya keluar dari rumahnya. Dengan modal "toleransi sesama tetangga" saya minta tolong dia (laki-laki) untuk membantu saya memparkirkan mobil saya. And then, "that annoying smile" (yang saya baca typical woman, ngak bisa parkir) pun muncul dari wajahnya. Dan saya hanya bisa menyesali dan mengutuk diri sendiri: kenapa minta tolong in the first place, sambil tersenyum yang (I assure you) bukan berkategori smug.

Tapi ternyata, begitu masuk ke mobil saya, dia buru-buru keluar lagi dan bertanya(saya pikir saya salah dengar)," How to switch on your car?" Saya tiba-tiba serasa kejatuhan bulan, mendapatakan senjata untuk membalas his -"that smile" yang tidak lagi ada bekasnya ketika keluar dari mobil.

"Sorry, I've never driven an automatic before", katanya berusaha mencari excuse dan dengan desperate-nya menunjuk mobilnya, "that's my car" (sekali smug tetap smug, for sure). Aha! Dan saya pun dengan tulus hati membalasan "that smug smile" dengan sebuah senyuman (yang bisa ia baca = saya memang tidak bisa parkir dengan canggih, but at least saya tahu how to switch on the car).

Sayang sekali, tukar menukar senyuman itu tidak ada fotonya.

Saturday, December 18, 2004

ya gendong, ya dorong

1.Posisi ideal: Alisha tidur di pushchair, kirana jalan












2.Mulai capai, membonceng pushchair adiknya, tambahan beban bagi yang dorong












3.Kurang nyaman, menggusur Alisha, pushcair diubah posisi duduk












4.Tidak ideal sama sekali, ya gendong ya dorong












Saya sering ditanya teman-teman : "Senangnya kamu Ran, begitu melahirkan bisa cepat kurus lagi. Apa rahasianya?". Saya selalu bingung menjawabnya.
Ketika saya melihat foto-foto pulang dari jalan-jalan tadi siang, kayaknya saya menemukan salah satu jawabanya.
Saya akan balik bertanya ke mereka, "Masih ingin cepat kurus?"